Imam Ibnu Abu Hatim dalam hal ini telah mengetengahkan sebuah hadits yang gharib sekali dan sanadnya masih perlu di teliti kesahihannya. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الْحَوَارِيِّ، حَدَّثَنَا يُونُسُ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ الْبَيْسَانِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مُعَاذُ، إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَدَى الْحَقِّ أَسِيرٌ. يَا مُعَاذُ، إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَا يَسْكُنُ رَوْعُهُ وَلَا يَأْمَنُ اضْطِرَابُهُ حَتَّى يُخَلَّف جِسْرَ جَهَنَّمَ خَلْفَ ظَهْرِهِ. يَا مُعَاذُ، إِنَّ الْمُؤْمِنَ قَيَّدَهُ الْقُرْآنُ عَنْ كَثِيرٍ مِنْ شَهَوَاتِهِ، وَعَنْ أَنْ يَهْلَكَ فِيهَا هُوَ بِإِذْنِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، فَالْقُرْآنُ دَلِيلُهُ، وَالْخَوْفُ مَحَجَّتُهُ، وَالشَّوْقُ مَطِيَّتُهُ، وَالصَّلَاةُ كَهْفُهُ، وَالصَّوْمُ جَنَّتُهُ، وَالصَّدَقَةُ فِكَاكُهُ، وَالصِّدْقُ أَمِيرُهُ، وَالْحَيَاءُ وَزِيرُهُ، وَرَبُّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، مِنْ وَرَاءِ ذَلِكَ كُلِّهِ بِالْمِرْصَادِ"
Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad Ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Yunus Al Hazza, dari Abu Hamzah Al-Bisani, dari Mu'az ibnu Jabal yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai Mu'az., sesungguhnya orang mukmin itu menjadi tawanan Tuhan yang Hak. hai Mu'az., sesungguhnya orang mukmin itu tidak dapat terbebas dari ketakutannya dan tidak merasa aman dari kekhawatirannya sebelum ia meninggalkan jembatan Jahanam berada di belakang punggungnya (telah melaluinya dengan selamat). Hai Mu’az., sesungguhnya orang mukmin itu diikat oleh Al-Qur'an terhadap kebanyakan nafsu syahwatnya dan terhadap hal-hal yang membinasakan dirinya karena terjerumus ke dalamnya dengan seizin Allah Swt. maka :
1. Al-Qur’an adalah penunjuk jalannya,
2. Takut kepada Allah adalah alasannya, dan
3. Rindu kepada-Nya merupakan kendaraannya,
4. Shalat adalah gua perlindimgannya,
5. Shaum adalah bentengnya,
6. Sedekah adalah kebebasannya, dan
7. Kejujuran (kebenaran) adalah pemimpinnya,
8. Malu adalah pembantunya, dan
9. Allah Swt. dibelakang itu semuanya selalu mengawasinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Yunus Al-Hazza dan Abu Hamzah merupakan perawi yang tidak dikenal; Abu Hamzah meriwayatkan dari Mu’az berpredikat mursal, seandainya hanya dikatakan dari Abu Hamzah saja tentulah baik. Yakni seandainya hadis ini hanyalah semata-mata perkataan Abu Hamzah saja, tentulah baik (karena berarti seadanya, mengingat Abu Hamzah tidak mengalami masa Mu'az ibnu Jabal).
Post a Comment
Post a Comment