وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - فِي
صِفَةِ الْوُضُوءِ قَالَ: «وَمَسَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِرَأْسِهِ، فَأَقْبَلَ بِيَدَيْهِ وَأَدْبَرَ» . مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ
- وَفِي لَفْظٍ
لَهُمَا: «بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ، حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إلَى قَفَاهُ، ثُمَّ
رَدَّهُمَا إلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ»
Dari Abdullah bin Zaid bin Ashim Ra tentang sifat wudhu ia berkata, “Dan Rasulullah SAW mengusap kepalanya dari depan sampai belakang.” (Muttafaq alaih)
[shahih: Al Bukhari 185-186, Muslim
235]
Dan dalam satu lafazh bagi keduanya: “Beliau memulai dari bagian depan kepalanya (dan menariknya) hingga ke tengkuknya, kemudian mengembalikan keduanya ke tempat ia memulai darinya.”
Biografi Perawi
Abdullah bin Zaid bin Ashim adalah kaum Anshar Al Mazani, dari Bani Mazin bin an Najjar. Ikut serta dalam perang Uhud. Dialah yang membunuh Musailamah Al Kadzdzab dan dibantu oleh Wahsyi. Ia terbunuh pada tahun 63 H, bukan Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbih yang akan disebutkan haditsnya pada bab adzan. Sebagian ulama hadits keliru padanya, oleh karenanya kami tegaskan di sini.
Tafsir Hadits
Hadits di atas menerangkan tata cara mengusap kepala, yaitu mengambil air dengan kedua tangan lalu mengusap dari depan ke belakang. Dalam hal ini para ulama berbeda dalam tiga pendapat:
pertama; Memulainya dengan bagian depan kepala (tempat tumbuhnya rambut kepala yang paling depan) lalu menariknya hingga bagian belakang, kemudian mengembalikan keduanya ke tempat ia memulai darinya, yaitu permulaan tempat tumbuhnya rambut pada perbatasan wajah, ini yang dipahami dari zhair perkataannya, “Beliau memulai dari bagian depan kepalanya (dan menariknya) hingga ke tengkuknya, kemudian mengembalikan keduanya ke tempat ia memulai darinya.” Tetapi ia menyebutkan sifat ini bahwa ia memulai dari belakang ke depan, karena menariknya ke bagian belakang disebut dengan idbaar, dan kembalinya ke depan disebut iqbaal.
Dapat dijawab bahwa huruf waw tidak menunjukkan harus berurutan, maka dapat diperkirakan ke belakang dan ke depan.
kedua: memulai dengan bagian belakang dan menariknya ke depan, kemudian dikembalikan ke belakang untuk menjaga zhahir lafazh, ‘Ke depan dan ke belakang’, sebab kata iqbaal adalah ke wajah dan idbaar ke bagian belakang. Cara ini telah disebutkan dalam hadits shahih, ‘Ia memulai dengan bagian belakang kepalanya.’ Perbedaan dalam lafazh hadits-hadits tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan pada tata caranya.
Ketiga; Memulai dari jambul (ubun-ubun), kemudian ke arah wajah, lalu menariknya ke bagian belakang kepala, kemudian dikembalikan ke tempat memulai mengusap yaitu jambul. Sepertinya yang berpendapat seperti bermaksud menjaga lafazh hadits, “Beliau memulainya dari bagian belakang”, juga menjaga zhahir lafazh: “Memulai dari depan lalu ke belakang”, karena jika memulainya dengan ubun-ubun maka itu benar bahwa ia juga memulainya dari bagian depan, juga benar bahwa ia memulai dari depan, karena ia menariknya ke arah wajah yaitu bagian depan.
Abu Daud telah meriwayatkan dari Al Miqdam:
«أَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - لَمَّا بَلَغَ مَسْحَ رَأْسِهِ وَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى مُقَدَّمِ رَأْسِهِ فَأَمَرَّهُمَا حَتَّى بَلَغَ الْقَفَا ثُمَّ رَدَّهُمَا إلَى الْمَكَانِ الَّذِي بَدَأَ مِنْهُ»
“Bahwa Nabi SAW ketika sampai pada mengusap kepala, beliau meletakkan tangannya pada bagian depan kepalanya, lalu menjalankan keduanya hingga ke bagian belakang, kemudian mengembalikannya ke tempat ia memulai darinya.”
[Shahih: shahih Abu Daud
122]
Hadits ini sangat jelas maksudnya, zhahirnya bahwa pelaksanaannya diberikan pilihan padanya, dan bahwa tujuan dari hal tersebut adalah mengusap kepala secara keseluruhan.
Post a Comment
Post a Comment