Sumber Ilustrasi: dalamislam.com |
TRIK1804 - Shahabat Hanzhalah bin Rahib, ia seorang Anshar dari suku Aus. Ia masuk Islam saat awal dakwah Nabi saw di Madinah oleh utusan yang beliau tugaskan, Mush’ab bin Umair.
Tapi keputusannya itu harus dibayar mahal, yakni perpisahan dengan ayahnya yang sangat menentang keras dan sangat tidak setuju dengan kehadirannya Islam di Kota Madinah. Hal tersebut berbeda dengan sikap kebanyakan penduduk Kota Madinah, baik dari suku Khazraj ataupun Aus, termasuk pemuka-pemukanya.
Ayah Hanzhalah, Abdul Amr bin Shaify adalah salah satu pemuka suku Aus. Ia lebih dikenal dengan nama Abu Amir,tapi lebih sering lagi dipanggil dengan nama Rahib. Saat Rasulullah SAW telah hijrah ke Madinah, secara terang-terangan Hanzhalah memusuhi beliau. Kemenangan kaum muslimin di Perang Badar tidak menjadikan Abu Amir luluh hatinya untuk memeluk Islam,bahkan ia meninggalkan Kota Madinah dan pindah ke Makkah, di sana ia terus menghasut dan memberikan semangat pada kaum Quraisy supaya membalas kekalahan dengan cara menyerang Madinah, hingga terjadilah Perang Uhud, dan ia bersama pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid.
Pada Perang Uhud, Hanzhalah mengetahui kalau ayahnya berada di pihak musuh, karena itulah ia berusaha sebisa mungkin tidak bentrok langsung dengan ayahnya. Bagaimanapun juga masih tersisa penghargaan dan penghormatan kepada ayahnya itu sehingga tidak mungkin ia akan mengayunkan pedang miliknya pada ayahnya sediri.
Dalam suatu kesempatan, Hanzhalah berhasil berhadapan dengan Abu Sufyan bin Harb,ia merupakan pimpinan utama pasukan kaum Quraisy. Akhir Semangatnya memuncak, karena kalau ia berhasil membunuh pimpinannya,akan berpengaruh besar untuk melemahkan semangat pasukan musuh. Ia bertempur dengan garangnya dan menguasai keadaan, ketika posisinya di atas siap melakukan serangan terakhir untuk membunuh Abu Sufyan, tiba-tiba muncul Syaddad bin Aus (Ibnu Syu'ub) yang ketika itu masih kafir, dari arah belakangnya, yang langsung menikamnya sehingga ia meninggal, gugur bersimbah darah menjemput kesyahidannya.
Setelah pertempuran selesai, seperti para syuhada lainnya, ia akan dimakamkan dengan pakaian yang dikenakan tanpa dimandikan. Tetapi ketika tiba giliran akan dimakamkan, para sahabat kehilangan jenazahnya. Sehingga mereka mencarinya, dan ditemukan di tempat agak tinggi, dan tampak masih basah dan ada sisa air di tanah, melihat keadaannya itu, Nabi SAW bersabda, "Saudara kalian ini dimandikan oleh para malaikat, coba tanyakan kepada keluarganya mengapa ini terjadi?"
Beberapa sahabatpun mendatangi istri Hanzhalah,yaitu Jamilah binti Ubay bin Salul, saudari dari tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul, tetapi dia seorang muslimah yang baik. Ternyata mereka berdua ini masih pengantin baru. Ketika perang Uhud tersebut terjadi, sebenanya mereka masih dalam masa bulan madu. Para sahabat mengabarkan tentang kesyahidan suaminya, dan peristiwa yang terjadi pada jenazahnya, serta perintah Nabi SAW untuk menanyakan sebabnya. Jamilah berkata, "Ketika mendengar seruan untuk jihad, ia seketika meninggalkan kamar pengantin kami, tetapi ia dalam keadaan junub (berhadats besar)…."
Ketika hal ini disampaikan kepada Rasulullah SAW,lalu beliau bersabda, "Itulah yang menyebabkan para malaikat memandikan jenazahnya…"
Karena itulah Hanzhalah bin Rahib mendapat gelaran "Ghasilul malaikat" (Orang yang dimandikan malaikat)dan ia menjadi salah satu kebanggaan kaum Anshar, karena ‘karamah’ yang diperolehnya.
Post a Comment
Post a Comment