TRIK1804 - Berikut Admin bagikan salah satu artikel yang admin nukil dari salah satu majalah, semog dapat bermanfaat.
فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُغار ....
Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela de- ngan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.... (QS Alhajj [22]:36).
B lasanya kita memberi apabila ada yang meminta. Padahal ada di sekitar kita yang tidak suka meminta, sedangkan mereka sangat membutuhkan atau mengingink- an pemberian. Ada beberapa ayat yang menganjurkan agar kita memperhatikan keadaan ekonomi kerabat, tetangga, ibnu sabil, orang t faqir dan miskin di sekitar kita. Misalnya QS Albaqarah [2]: 273, "(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh ji- had) di jalan Allah: mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mer- eka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui."
Pada ayat di atas yang harus kita perhatikan adalah orang-orang yang mengkhususkan dirinya berjihad Fi Sabilillah, mereka sibuk berdakwah, mengajar di madrasah, mengasuh pe santren, menjadi guru ngaji, mereka tidak sempat bekerja mencari nafkah. Sebagai tokoh mas- yarakat, mereka dituntut untuk berpenampilan menarik, jangan terlihat miskin atau terlihat seperti orang yang lapar atau mempunyai masalah. Untuk menjaga kehormatan diri, mereka tidak boleh meminta kepada siapa saja, kecuali mengemukakan masalahnya kepada orang- orang dekat. Orang yang dekat ini wajib mengetahui dan mengenalnya sampai urusan kebutu- han mereka. Allah Swt menjelaskan ciri-ciri ahli surga, di antaranya "Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian". (Qs Addzariyat [51]: 18-19).
Pada umumnya orang faqir dan miskin mengatahui tempat-tempat pembagian zakat, in- faq, atau pembagian sembako. Mereka memaksakan diri untuk datang ke lokasi pembagian, mereka tidak menghiraukan lagi larangan berkerumun. Mereka rela mengantri di tempat pembagian zakat dan daging qurban. Perhatikan orang-orang yang tidak meminta padahal sangat membutuhkan. Oleh karena itu, panitia atau amilin harus memahami dan mengenal orang sekitar yang tidak mau berdesakan, karena ingin mendahulukan orang lain. Tentang membagikan daging Qurban Allah swt berfirman, "Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu ber- syukur." (QS Alhajj [22]:36).
Pada ayat ini mereka disebut "Alqania", artinya orang yang mempunyai sifat qana'ah. hidupnya sederhana, tidak memaksakan kehendak, menerima pemberian Allah apa adanya.
Perlu juga diketahui ada orang-orang yang berkali-kali mengantri daging Qurban, sehingga ia dan keluarganya mendapat daging berlebihan. Selanjutnya daging-daging qurban itu ia jual ke tukang baso. Tentu hal ini harus dihindari. Caranya adalah dengan mendata dan mendahulukan orang-orang yang menunggu di rumah-rumah mereka daripada orang yang mengantri. Apabila memang berlebih di satu daerah maka daging qurban yang telah dike: mas itu dapat dititipkan kepada orang yang dipercaya untuk dibagikan di daerahnya. Dengan cara ini mudah-mudahan akan terhindar kerumunan mustahik dan panitia qurban akan ten ang berkerja. Wallahu a'lam. [M. Rahmat Najieb]
Tulisan ini sepenuhnya dikutip dari Majalah Risalah No.3 Th.60 Bulan Juli 2022.
Post a Comment
Post a Comment