Ilustrasi GitHub |
Oleh : Zeni Nasrul
Kamis, 4 Januari 2021
Masjid Al-Hidayah Landean Hilir
فَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ
يَشْقَى {123} وَمَنْ أَعْرَضَ
عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَعْمَى {124}
Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku,
lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak
akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S Thaha: 123, 124).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
تَرَكْتُ
فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ
وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara.
Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan
Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R.
Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh
Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah,
hlm. 12-13).
Para ulama menyebutkan kaidah di dalam
memahami dan menafsirkan Alquran sebagai berikut:
- Menafsirkan Alquran dengan Alquran
- Menafsirkan Alquran dengan as-Sunnah
- Menafsirkan Alquran dengan perkataan-perkataan para sahabat
- Menafsirkan Alquran dengan perkataan-perkataan para tabi’in
- Menafsirkan Alquran dengan bahasa Alquran dan as-Sunnah, atau
keumumam bahasa Arab
Firman Allah Ta’ala,
وَمَن يُشَاقِقِ
الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ
الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas
kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat
kembali. (Q.S an-Nisaa` : 115).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ
قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu
generasi sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringi mereka (yaitu generasi
tabi’in), kemudian orang-orang yang mengiringi mereka (yaitu generasi tabi’ut
tabi’in). (Hadits mutawatir, Bukhari, no. 2652, 3651,
6429; Muslim, no. 2533; dan lainnya).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda,
وَإِنَّ بَنِي
إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا
مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا
عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
Sesungguhnya, Bani Israil telah berpecah-belah
menjadi 72 agama. Dan sesungguhnya umatku akan berpecah-belah menjadi 73 agama.
Mereka semua di dalam neraka kecuali satu agama. Mereka (para sahabat)
bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Siapa saja yang mengikutiku dan sahabatku.” (H.R
Tirmidzi, no. 2565; al-Hakim, Ibnu Wadhdhah; dan lainnya; dari Abdullah bin
’Amr. Dihasankan oleh Syaikh Salim al Hilali di dalam Nash-hul Ummah,
hlm. 24).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda,
أُوصِيكُمْ
بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا
بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ
فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa
kepada Allah, mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun (ia)
seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, ia akan
melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada sunnahku
dan sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah, dan
giggitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama),
karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah
sesat. (H.R Abu Dawud, no. 4607; Tirmidzi, 2676; ad-Darimi;
Ahmad; dan lainnya dari al-‘Irbadh bin Sariyah).
Wallahu A'lam bish-shawaab
Post a Comment
Post a Comment