Photo : hidayatulloh.com |
Ahmad Hassan, atau di kenal dengan Hassan Bandung lahir di Singapura, 31 Desember 1887 dari pasangan Ahmad dari India dan Muznah dari Palekat Madras, tapi lahir di Surabaya. Ahmad dan Muznah pergi ke Singapura, lalu menetaplah disana.
Pada usia 12 tahun, A Hassan belajar mandiri dengan bekerja di sebuah toko milik iparnya. Sambil bekerja, ia menyempatkan diri belajar privat dan berusaha menguasai bahasa Arab sebagai kunci untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam. Dia juga mengaji pada Haji Ahmad di Bukittiung, dan pada Muhammad Thaib, seorang guru yang terkenal, di Minto Road.
Ahmad Hassan banyak mempelajari ilmu nahwu dan sharaf dari Muhammad Thaib. Sebagai orang yang keras kemauannya dalam menuntut ilmu, ia tidak keberatan jika harus datang dini hari sebelum Subuh. Namun, karena merasa tidak ada kemajuan setelah kira-kira empat bulan belajar nahwu dan sharaf, ia memutuskan untuk beralih mempelajari bahasa Arab pada Said Abdullah al-Musawi selama tiga tahun.
Selain itu, ia juga belajar kepada pamannya, Abdul Lathif (seorang ulama yang terkenal di Malaka dan Singapura), Syekh Hasan (seorang ulama yang berasal dari Malabar), dan Syekh Ibrahim (seorang ulama dari India). Beliau mempelajari dan memperdalam Islam dari beberapa guru tersebut sampai kira-kira tahun 1910, menjelang usia 23 tahun.
Selain memperdalam ilmu agama Islam, dari tahun 1910 hingga tahun 1921, Ahmad Hassan melakukan berbagai macam pekerjaan di Singapura. Dari tahun 1910 sampai tahun 1913, ia menjadi guru tidak tetap di madrasah orang-orang India yang terletak di Arab Street, Baghdad Street, dan Geylang Singapura. Ia juga menjadi guru tetap di Madrasah Assegaf di Jalan Sulthan. Sekitar tahun 1912-1913, ia menjadi anggota redaksi surat kabar Utusan Melayu yang diterbitkan oleh Singapore Press.
Ahmad Hassan bukanlah tokoh tersohor yang aktif dan populer akan sumbangsihnya di bidang politik. Ia memilih pokus untuk membina kawula muda dari segi kapasitas agama. Natsir, adalah muridnya yang sangat populer akan pemikiran dan pribadi yang sangat religius. Atas nasihat Hassan sebagai mentor bagi Natsir, Natsir yang pandai berbahasa Belanda mendebat pendeta yang menyudutkan Nabi Muhammad SAW melalui surat kabar yang beredar ketika itu. Aksi ini mendapat dukungan penuh dari Hassan dan juga mentor Natsir yang lain yakni K.H Agus Salim.
Tak hanya Natsir yang banyak belajar kepada Hassan terkait ilmu agama, presiden pertama Indonesia yakni Soekarno juga belajar agama kepada Hassan. Meski Soekarno tidak mewarisi pemikiran Hassan, namun Hassan tak kenal lelah untuk terus menularkan ilmu agama kepadanya. Hubungan Hassan dan Soekarno semakin terlihat ketika Soekarno diasingkan ke Endah, Flores, oleh pemerintahan Belanda. Soekarno acap kali berkorespondensi kepada Hassan terutama menyangkut masalah-masalah agama.
Kumpulan surat-menyurat Soekarno kepada Hassan diabadikan dalam buku “Di bawah Bendera Revolusi Jilid 1”. Hassanlah yang setia mengirimkan Soekarno majalah dan buku-buku Islam untuk menemani hari-hari sepinya Soekarno selama pembuangan.
Ahmad Hassan adalah orang yang konsisten akan pemikiran dan gagasannya. Pemahaman dan pemikirannya senantiasa berlandaskan al-qur’an dan as-sunnah. Gagasan dan pemikiran kenegaraan juga tak pernah ia pisahkan dengan konsep Islam. Bagi Hassan, Islam adalah agama syumul yang mengatur segalanya termasuk hal-ihwal kenegaraan.
Ketika Soekarno merumuskan konsep Nasionalisme yang memisahkan peran agama, Hassan pun menolak. Nasionalisme ala Hassan, ketika kecintaan kita kepada bangsa dan tanah air kita, kita landaskan kepada Islam. Suatu negara tidak boleh melandaskan prinsip kenegaraannya hanya berdasarkan kepentingan rakyat saja namun harus ada kepentingan dan cita-cita mulia Islam didalamnya. Gagasan inilah yang diwariskan kepada murid kesayangannya, Natsir.
Tahun 1936 didirikannya MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) sebuah wadah perjuangan Islam yang menyatukan berbagai macam ormas Islam. Didalamnya bergabung NU, Muhammadiyah, Persis, Sarekat Islam, dan hampir semua ormas Islam lainnya kecuali Ahmadiyah. Tiga tahun berselang, diadakan Kongres Islam di Solo yang membicarakan berbagai persoalan agama dan politik termasuk aliran sesat dan beberapa kasus yang menghina Islam.
Persis dipilih sebagai ketua komisi untuk membahas kasus aliran sesat dan kasus yang menghina Islam ketika itu. Pemilihan dan pengangkatan ini tak lepas atas sumbangsih Hassan yang berhasil membuat persis disegani dan dihormati oleh ormas Islam lainnya.
Ahmad Hassan memiliki reputasi yang cukup memikat karena berani berhadapan langsung dengan aliran-aliran sesat di Indonesia. Tahun 1933, Hassan berdebat dengan Ahmadiyah dan diliput secara nasional. Bisa dibilang, persis menjadi tersohor dan sangat disegani ketika itu tak terlepas dari peran besar tokoh yang menyejarah dan monumental yakni Ahmad Hassan. Sosok Ahmad Hassan layak disejajarkan dengan tokoh pergerakan lainnya; Cokroaminoto, Agus Salim, Wahid Hasyim, dan sebagainya.
Murid-murid A. Hassan, antara lain:
1. Muhammad Natsir
2. KH. M. Isa Anshary
3. KH. E. Abdurrahman
4. KH. Rusyad Nurdin
Karya-karya buku A. Hassan
- Tafsir Al-Quran, Al-Furqan, 1956.
- Soal-Jawab tentang Berbagai Masalah Agama (4 jilid)
- Kitab Pengajaran Shalat
- Tarjamah Bulughul Maram (selesai 17-8-1958)
- A.B.D. Politik
- Adakah Tuhan?
- Al-Burhan
- Al-Fara'id
- Al-Hidayah
- Al-Hikam
- Al-Iman
- Al-Jawahir
- Al-Manasik
- Al-Mazhab
- Al-Mukhtar
- An-Nubuwwah
- Apa Dia Islam?
- Aqaid
- At-Tauhid
- Bacaan Sembahyang
- Belajar Membaca Huruf Arab
- Bibel lawan Bibel
- Debat Kebangsaan
- Debat Luar Biasa
- Debat Riba
- Debat Taklid
- Debat Talqin
- Dosa-dosa Yesus
- First Step
- Hafalan
- Hai Cucuku
- Hai Putriku
- Halalkah Bermazhab?
- Is Muhammad a Prophet?
- Isa dan Agamanya,
- Isa Disalib?
- Isra' Mi'raj,
- Kamus Persamaan,
- Kamus Rampaian,
- Kesopanan Islam,
- Kesopanan Tinggi,
- Ketuhanan Yesus,
- Kitab Riba,
- Kitab Tajwid,
- Matan Ajrumiyah,
- Merebut Kekuasaan,
- Muhammad Rasul,
- Nahwu,
- Pedoman Tahajji,
- Pemerintahan Islam,
- Pengajaran Shalat,
- Pepatah,
- Perempuan Islam,
- Qaidah Ibtidaiyah,
- Ringkasan Islam,
- Risalah Ahmadiyah,
- Risalah Hajji,
- Risalah Jum'at,
- Risalah Kudung,
- Special Diction,
- Surat Yasin,
- Syair,
- Talqien,
- Tertawa,
- Topeng Dajjal,
- Wajibkah Zakat?
- What is Islam
Post a Comment
Post a Comment