Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Tuwa, "Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)? Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?” Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menentang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata, "Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi.” Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
Allah Swt. menceritakan kepada Rasul-Nya—Nabi Muhammad Saw.— tentang hamba dan rasul-Nya Musa a.s. Bahwa Dia telah mengutusnya kepada Fir'aun dan Allah mengukuhkannya dengan mukjizat-mukjizat. Tetapi Fir'aun dengan adanya semua bukti itu tetap pada kekafiran dan tindakan sewenang-wenangnya, hingga Allah mengazabnya dengan azab dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Demikian pula akibat yang akan dialami oleh orang-orang yang menentangmu dan mendustakan apa yang engkau sampaikan. Karena itu, maka di akhirat kisah ini disebutkan oleh firman Allah Swt.:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi'at: 26)
Adapun firman Allah Swt.:
هَلْ أتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى
Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) berita Musa. (An-Nazi'at: 15)
Yakni apakah engkau sudah mendengar kisahnya.
إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ
Tatkala Tuhannya memanggilnya. (An-Nazi'at: 16)
Yaitu Tuhan berbicara kepadanya dengan melalui seruan.
بِالْوَادِي الْمُقَدَّسِ
di lembah suci ialah Lembah Tuwa. (An-Nazi'at: 16)
Tuwa adalah nama lembah menurut pendapat yang sahih, seperti yang telah disebutkan dalam tafsir surat Taha. Lalu Allah Swt. berfirman kepadanya:
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. (An-Nazi'at: 17)
Yakni bertindak sewenang-wenang, jahat, dan zalim.
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى
Dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)?” (An-Nazi'at: 18)
Maksudnya, katakanlah kepadanya bahwa maukah engkau kuajak untuk menempuh jalan yang akan membawamu untuk dapat menyucikan diri, yakni berserah diri dan taat kepada Allah Swt.
وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ
Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu. (An-Nazi'at: 19)
Yaitu akan kutunjukkan kepadamu cara menyembah Tuhanmu.
فَتَخْشَى
supaya kamu takut kepadanya. (An-Nazi'at: 19)
Yakni kelak hatimu akan menjadi tunduk patuh kepada-Nya dan khusyuk, yang sebelumnya hatimu keras, jahat, dan jauh dari kebaikan.
فَأَرَاهُ الآيَةَ الْكُبْرَى
Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (An-Nazi'at: 20)
Musa menampakkan kepadanya selain dari seruan yang benar ini hujah (bukti) yang kuat dan dalil yang jelas yang membuktikan kebenaran apa yang disampaikannya, bahwa itu adalah dari sisi Allah.
فَكَذَّبَ وَعَصَى
Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai. (An-Nazi'at: 21)
Fir'aun mendustakan kebenaran itu dan menentang ketaatan yang diperintahkan kepadanya. Kesimpulannya ialah hati Fir'aun mendustakanya dan batinnya tidak mau menerima apa yang disampaikan oleh Musa, begitu pula lahiriahnya dia tidak mau mengamalkanya. Padahal dia mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh Musa kepadanya adalah perkara yang hak (benar), tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa dia adalah orang yang beriman kepada Musa. Karena pengetahuan itu merupakan pekerjaan hati, sedangkan iman itu adalah pengamalannya, yaitu patuh kepada perkara yang hak dan taat kepadanya.
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى
Kemudian dia berpaling seraya berusaha menentang (Musa). (An-Nazi'at: 22)
Yakni sebagai reaksinya terhadap perkara yang hak, dia menentangnya dengan kebatilan, yang hal ini ia realisasikan dengan mengumpulkan para akhli sihir untuk menentang mukjizat yang jelas yang disampaikan oleh Musa a.s.
فَحَشَرَ فَنَادَى
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya. (An-Nazi'at: 23)
Fir'aun menyeru mereka semuanya untuk berkumpul kepadanya.
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى
(Seraya) berkata, "Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi.” (An-Nazi'at: 24)
Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan bahwa kalimat ini dikatakan oleh Fir'aun setelah selang empat puluh tahun. Dia mengatakan, "Aku tidak mengetahui adanya tuhan bagi kalian selain dari aku sendiri." Maka disebutkan oleh firman berikutnya:
فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى
Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (An-Nazi'at: 25)
Allah menghukumnya dengan hukuman yang membuatnya menjadi pelajaran bagi orang lain yang membangkang terhadap perkara hak seperti dia di dunia ini.
وَيَوْمَ الْقِيامَةِ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُودُ
dan (begitu pula) di hari kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan. (Hud: 99)
Hal yang senada disebutkan dalam firman-Nya:
وَجَعَلْناهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيامَةِ لا يُنْصَرُونَ
Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan di tolong. (Al-Qashash: 41)
Hal inilah yang sahih sehubungan dengan makna ayat, bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (An-Nazi'at: 25) Yaitu azab di dunia dan azab di akhirat nanti.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah kalimat yang diucapkan oleh Fir'aun pada yang pertama kali dan kalimatnya pada yang kedua kali. Menurut pendapat yang lainnya lagi, kekufuran dan kedurhakaannya. Tetapi pendapat yang sahih dan tidak diragukan lagi adalah yang pertama tadi.
Firman Allah Swt.:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (An-Nazi'at: 26)
Yakni bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan menyadarinya.
Sumber : Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Jilid 30
Post a Comment
Post a Comment