Terjemah Tafsir Ibnu Katsier Surat Al-Insyiqaq 1-15 - TRIK1804 --> -->

Terjemah Tafsir Ibnu Katsier Surat Al-Insyiqaq 1-15

Post a Comment


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ (1) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ (2) وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ (3) وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ (4) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ (5) يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ (6) فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا (9) وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا (11) وَيَصْلَى سَعِيرًا (12) إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا (13) إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ (14) بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيرًا (15

Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya). Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak,   "Celakalah aku.” Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.

Firman Allah Swt:

إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ

Apabila langit terbelah. (Al-Insyiqaq: 1)

Yang demikian itu terjadi pada hari kiamat.

وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا

dan patuh kepada Tuhannya. (Al-Insyiqaq: 2)

Yakni tunduk dan patuh kepada perintah Tuhannya yang memerintahkan kepadanya untuk terbelah. Yang demikian itu terjadi pada hari kiamat.

وَحُقَّتْ

dan sudah semestinya langit itu patuh. (Al-Insyiqaq: 2)

Sudah seharusnya langit patuh kepada perintah-Nya, karena Dia Mahabesar, tidak dapat dicegah dan tidak dapat dihalangi apa yang dikehendaki-Nya, bahkan Dia mengalahkan segala sesuatu, dan segala sesuatu tunduk patuh kepada-Nya. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:

وَإِذَا الأرْضُ مُدَّتْ

dan apabila bumi diratakan. (Al-Insyiqaq: 3)

Yakni digelarkan, dihamparkan, dan diluaskan.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا ابْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْرٍ، عَنْ مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا كَانَ يومُ الْقِيَامَةِ مَدَّ اللَّهُ الْأَرْضَ مَدَّ الْأَدِيمِ حَتَّى لَا يَكُونَ لِبَشَرٍ مِنَ النَّاسِ إِلَّا مَوْضِعَ قَدَمَيْهِ، فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُدْعَى، وَجِبْرِيلُ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ، وَاللَّهِ مَا رَآهُ قَبْلَهَا، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، إِنَّ هَذَا أَخْبَرَنِي أَنَّكَ أَرْسَلْتَهُ إِلَيَّ؟ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: صَدَقَ. ثُمَّ أُشَفَّعُ فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، عِبَادُكَ عَبَدُوكَ فِي أَطْرَافِ الْأَرْضِ. قَالَ: وَهُوَ الْمَقَامُ الْمَحْمُودُ"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Apabila hari kiamat terjadi, Allah menghamparkan bumi menjadi rata seperti selembar kulit dihamparkan, sehingga tiada tempat lagi bagi seorang manusia kecuali hanya tempat bagi kedua telapakkakinya (karena semua makhluk pada hari itu telah dibangkitkan). Maka aku adalah orang yang mula-mula dipanggil, sedangkan Jibril berada di sebelah kanan Tuhan Yang Maha Pemurah. Demi Allah, aku belum pernah melihat-Nya sebelum itu, dan aku berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya malaikat ini (Jibril) telah memberitakan kepadaku bahwa Engkau telah mengutusnya kepadaku.” Allah Swt. berfirman, "Dia benar.” Kemudian aku memohon syafaat dan aku katakan, "Ya Tuhanku, tolonglah hamba-hamba-Mu yang menyembah-Mu di berbagai penjuru bumi.”

Ali ibnul Husain menjelaskan, bahwa itulah yang dimaksud dengan Al-Maqamul Mahmud (kedudukan yang terpuji).

Firman Allah Swt.

وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ

dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong. (Al-Insyiqaq: 4)

Bumi mengeluarkan semua mayat yang ada di dalam perutnya sehingga bumi kosong dari mereka; menurut Mujahid, Sa'id, dan Qatadah.

وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ

dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh. (Al-Insyiqaq: 5)

Penjelasannya sama dengan ayat yang kedua di atas.

Firman Allah Swt.:

يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemuinya. (Al-Insyiqaq: 6)

Yaitu sesungguhnya kamu telah berupaya dan beramal untuk menuju Tuhanmu dengan sebenar-benarnya, kemudian sesungguhnya kamu bakal menjumpai balasannya—apakah baik atau buruk— sesuai dengan amal perbuatanmu.

Pengertian ini diperkuat dengan adanya sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayalisi, dari Al-Hasan ibnu Abu Ja'far, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"قَالَ جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحَبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُلَاقِيهِ"

Jibril berkata, "Hai Muhammad, hiduplah kamu sesukamu, maka sesungguhnya kamu bakal mati. Dan sukailah apa yang engkau inginkan, maka sesungguhnya engkau akan meninggalkannya. Dan beramallah sesukamu, maka sesungguhnya kamu akan menjumpai (balasan)nya.”

Tetapi di antara ulama ada yang mengembalikan damir yang terdapat pada firman-Nya, "Famulaqiyah" kepada Rabbika, yang artinya: maka kamu akan menjumpai Tuhanmu, lalu Dia akan membalas semua amal perbuatanmu dan memberimu imbalan atas jerih payahmu. Dengan demikian, berarti kedua pendapat saling berkaitan.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai Manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu. (Al-Insyiqaq: 6) Yakni engkau pasti beramal dan akan menghadap kepada Allah dengan membawa amalmu yang baik atau yang buruk.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu (Al-Insyiqaq: 6) Sesungguhnya jerih payahmu, hai anak Adam, benar-benar lemah. Maka barang siapa yang menginginkan jerih payahnya dicurahkan untuk ketaatan kepada Allah, hendaklah ia melakukannya, dan tiada kekuatan baginya untuk mengerjakan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. (Al-Insyiqaq: 7-8)

Yaitu perhitungan yang mudah, tiada kesulitan. Dengan kata lain, tidak dilakukan secara detail semua amal perbuatannya, karena sesungguhnya orang yang diperiksa dengan pemeriksaan yang teliti dan ketat pasti akan binasa.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، أَخْبَرَنَا أَيُّوبُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ نُوِقش الْحِسَابَ عُذِّب". قَالَتْ: فَقُلْتُ: أَلَيْسَ قَالَ اللَّهُ: {فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا} ؟ ، قَالَ: "لَيْسَ ذَاكَ بِالْحِسَابِ وَلَكِنَّ ذَلِكَ العَرْض، مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عُذِّبَ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang diperiksa dengan teliti dalam hisab, berarti ia disiksa. Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, "Bukankah Allah Swt. telah berfirman: 'maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah' (Al-Insyiqaq: 8)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu bukanlah pemeriksaan, tetapi pemeriksaan yang sebenarnya ialah orang yang diteliti dalam pemeriksaannya di hari kiamat, maka ia pasti disiksa.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasai, dan Ibnu Jarir melalui hadis Ayyub As-Sukhtiyani dengan sanad yang sama.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَكِيع، حَدَّثَنَا رَوحُ بْنُ عُبَادَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الخَرَاز، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكة، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أنه لَيْسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا مُعَذَّبًا". فَقُلْتُ: أَلَيْسَ اللَّهُ يَقُولُ: {فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا} ؟ ، قَالَ: "ذَاكَ الْعَرْضُ، إِنَّهُ مَنْ نُوِقش الْحِسَابَ عُذب"، وَقَالَ بِيَدِهِ عَلَى إِصْبَعِهِ كَأَنَّهُ يَنكُتُ.

Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu 'Ubadah, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Khazzaz, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah r.a. yang berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya tiada seorang pun yang dihisab pada hari kiamat melainkan disiksa. Lalu aku (Aisyah) bertanya, "Bukankah Allah Swt. telah berfirman: 'maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah' (Al-Insyiqaq: 8)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal itu hanyalah pemeriksaan biasa, sesungguhnya orang yang diteliti dalam pemeriksaannya, pasti ia disiksa. Lalu Nabi Saw. mengisyaratkan dengan jari telunjuknya seakan-akan seperti sedang menotok.

Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula dari Amr ibnu Ali, dari Ibnu Abu Addi, dari Abu Yunus Al-Qusyairi, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Al-Qasim, dari Aisyah, lalu disebutkan hadis yang semisal. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui jalur Abu Yunus Al-Qusyairi yang nama aslinya Hatim ibnu Abu Sagirah dengan sanad yang sama.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Nasr ibnu Ali Al-Jahdami, telah menceritakan kepada kami Muslim, dari Al-Harisy ibnul Khirrit saudara lelaki Az-Zubair, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa barang siapa yang dihisab dengan teliti, berarti dia disiksa. Ibnu Abu Mulaikah mengatakan bahwa kemudian Aisyah mengatakan bahwa sesungguhnya pemeriksaan yang ringan itu tiada lain hanyalah dihadapkan kepada Allah dan Allah berhadap-hadapan dengan mereka.

قَالَ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ حَمْزَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: سمعتُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ: "اللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَابًا يَسِيرًا". فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ؟ قَالَ: "أَنْ يَنْظُرَ فِي كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزُ لَهُ عَنْهُ، إِنَّهُ مَنْ نُوِقش الحسابَ يَا عائشةُ يَوْمَئِذٍ هَلَكَ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Abdul Wahid ibnu Hamzah ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. dalam salah satu salatnya mengucapkan doa berikut: Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah. Setelah beliau selesai dari salatnya, aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan hisab yang mudah?" Rasulullah Saw. menjawab: Ia melihat kepada kitab catatan amal perbuatannya, lalu Allah memaafkan kesalahan yang tercatat di dalamnya. Hai Aisyah, sesungguhnya orang yang diteliti dalam hisabnya di hari itu pasti binasa.

Hadis ini sahih, tetapi dengan syarat Muslim.

Firman Allah Swt:

وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا

dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. (Al-Insyiqaq: 9)

Yakni kemudian dia kembali kepada keluarganya di dalam surga. Demikianlah menurut Qatadah dan Ad-Dahhak, bahwa masruran artinya gembira dan senang karena pahala yang diberikan oleh Allah Swt.

Imam Tabrani telah meriwayatkan dari Sauban maula Rasulullah Saw., bahwa beliau pernah bersabda,

إِنَّكُمْ تَعْمَلُونَ أَعْمَالًا لَا تُعْرَفُ، وَيُوشِكُ الْعَازِبُ أَنْ يَثُوبَ إِلَى أَهْلِهِ، فَمَسْرُورٌ ومكظوم

"Sesungguhnya kalian mengerjakan banyak amal perbuatan yang tidak kamu kenali, dan tidak berapa lama kemudian orang yang bersangkutan kembali kepada keluarganya, adakalanya dalam keadaan gembira atau dalam keadaan bermuram durja."

Firman Allah Swt.

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari arah belakangnya. (Al-Insyiqaq: 10)

Yaitu dengan tangan kirinya dari arah belakang, dengan menjulurkan tangan kirinya ke arah belakang, lalu menerima kitabnya.

فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا

maka dia akan berteriak,  "Celakalah aku." (Al-Insyiqaq: 11)

Artinya, merugi dan binasa.

وَيَصْلَى سَعِيرًا إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا

Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). Sesungguh dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). (Al-Insyiqaq: 12-13)

Yakni bergembira ria, tidak memikirkan akibat dari amal perbuatannya, dan tidak takut kepada hari kemudian. Maka Allah menghukum kegembiraan yang sebentar itu dengan kesedihan yang panjang.

إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ

Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Al-Insyiqaq: 14)

Maksudnya, dia meyakini bahwa tidak akan kembali kepada Allah dan Allah tidak akan menghidupkannya kembali sesudah matinya. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Qatadah, dan selain keduanya. Al-hur artinya kembali. Maka Allah menyanggah keyakinan mereka itu melalui firman berikutnya:

بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيرًا

(Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya. (Al-Insyiqaq: 15)

Yaitu tidak demikian, sebenarnya Allah akan mengembalikannya menjadi hidup seperti kejadian semula dan Allah akan membalas semua amal perbuatannya yang baik dan yang buruknya. Karena sesungguhnya Dia Maha Melihat dia, yakni Maha Mengetahui lagi Maha Mengenalnya.

Admin
Saya Zeni Nasrul, lahir di Bandung 05 Mei 1986. Puisi adalah bacaan yang menarik bagi saya, karena puisi dapat menghantarkan dari imaginasi yang tinggi untuk menyampaikan apapun yang terjadi dan terlihat di ukir dengan rangkaian kata yang dalam, sehingga dapat membawa pembacanya kedalam lubuk hati yang terdalam.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter