Larangan Isrof Dalam Masjid - TRIK1804 --> -->

Larangan Isrof Dalam Masjid

Post a Comment

KAJIAN BULUGHUL MARAAM
KITAB SHALAT | BAB MASJID

BALE PA OOM
Rabu, 2 Maret 2022
Pemateri : Zeni Nasrul

وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «مَا أَمَرْت بِتَشْيِيدِ الْمَسَاجِدِ» أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ.

Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Aku tidak diperintahkan untuk memegahkan masjid-masjid.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban menshahihkannya)

[Shahih: Abu Daud 448]

Tafsir Hadits

Kelanjutan hadits tersebut ialah apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas,

لَتُزَخْرِفُنَّهَا كَمَا زَخْرَفَتْهَا الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى

"Kalian pasti akan menghiasnya sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani lakukan."

Ungkapan ini berasal dari ucapan Ibnu Abbas, seakan-akan ia memahami bahwa umat ini akan mengikuti perilaku orang-orang Bani Israel.

Di dalam As-Syarh diterangkan, makna tasyyiid atau memegahkan ialah meninggikan bangunannya dan memperindahnya dengan syiid yaitu kapur. Sedangkan di dalam al-Qaamuus diterangkan, arti syaada ialah memolesnya atau mengecatnya dengan kapur dan sejenisnya, sesuai dengan keterangan ini, meninggikan bangunan bukan termasuk makna tasyyiid.

Hadits ini dengan jelas menunjukkan kepada hukum makruh dan haram, berdasarkan ungkapan Ibnu Abbas, "Sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani memegahkannya" Karena menyerupai mereka adalah haram.

Hal ini mengisyaratkan bahwa sesungguhnya masjid tidak dibangun, kecuali untuk melindungi diri dari panas dan dingin, sedangkan hiasan-hiasan padanya hanya akan menyibukkan hati dari ketaatan, menghilangkan kekhusyuan yang merupakan inti shalat.

Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa menghiasi mihrab diperbolehkan adalah pendapat yang salah.

Dalam Al-Bahr, Al-Mahdi berkata, "Proses pemberian hiasan di Masjidil Haram dan di dalam masjid Nabawi tidak berdasarkan pada pendapat para ulama ahlul hall wal 'aqdi tidak juga atas persetujuan mereka. Penghiasan itu dilakukan oleh pemimpin negara yang zhalim tanpa meminta izin kepada para ulama terlebih dahulu, kemudian kaum muslimin dan para ulama membiarkannya dengan memendam rasa dongkol.

Ungkapan beliau, "Aku tidak diperintahkan....", mengisyaratkan bahwa perbuatan itu tidak baik, karena jika hal itu dianggap baik tentulah hal itu akan diperintahkan oleh Allah. Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar,

أَنَّ مَسْجِدَهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ عَلَى عَهْدِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - مَبْنِيًّا بِاللَّبِنِ وَسَقْفُهُ الْجَرِيدُ وَعُمُدُهُ خَشَبُ النَّخْلِ فَلَمْ يَزِدْ أَبُو بَكْرٍ شَيْئًا وَزَادَ فِيهِ عُمَرُ وَبَنَاهُ عَلَى بِنَائِهِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بِاللَّبِنِ وَالْجَرِيدِ وَأَعَادَ عُمُدَهُ خَشَبًا ثُمَّ غَيَّرَهُ عُثْمَانُ فَزَادَ فِيهِ زِيَادَةً كَبِيرَةً وَبَنَى جُدْرَانَهُ بِالْأَحْجَارِ الْمَنْقُوشَةِ وَالْجِصِّ وَجَعَلَ عُمُدَهُ مِنْ حِجَارَةٍ مَنْقُوشَةٍ وَسَقْفَهُ بِالسَّاجِ

"Bahwa masjid Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, saat itu temboknya dibangun dari batubata, atapnya terbuat dari pelepah kurma dan tiangnya dari batang-batang kurma. Kemudian pada masanya, Abu Bakar tidak menambahkan apa-apa. Lalu Umar memperluasnya, ia membangunnya dengan model ala bangunan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia membangunnya dengan batubata, pelepah kurma, dengan tiang-tiang dari batang kayu, kemudian Utsman merombaknya dengan berbagai macam tambahan, ia membangun temboknya dengan bebatuan yang diukir dan kapur, begitu pula atapnya dari kayu jenis terbaik.” [Al Bukhari 446]

Ibnu Bathaal berkata, "Hal ini menunjukkan bahwa selayaknya bangunan masjid adalah bangunan yang sederhana tidak berlebih-lebihan dalam menghiasnya."

Lihatlah khalifah Umar, biarpun ia berhasil membuka wilayah yang luas dan menguasai harta benda yang banyak beliau sama sekali tidak merubah bangunan masjid pada masanya. Saat itu yang ia lakukan hanya memperbaruinya dikarenakan pelepah-pelepah kurmanya sudah lapuk, saat membangunnya ia berkata, "Lindungilah orang-orang dari hujan akan tetapi hindarilah warna merah atau warna kuning karena hal itu akan mengganggu."

Kemudian di masa Utsman, walaupun harta bendanya melimpah ia hanya memperindah tanpa bermegah-megahan, walaupun begitu banyak shahabat yang menentangnya.

Orang pertama yang bermegah-megahan dalam masalah masjid ialah Al-Walid bin Abdul Malik, pada akhir masa shahabat. Kemudian para ulama mendiamkannya untuk menghindari fitnah.

sumber : Kitab Subul as-Salaam

 

Admin
Saya Zeni Nasrul, lahir di Bandung 05 Mei 1986. Puisi adalah bacaan yang menarik bagi saya, karena puisi dapat menghantarkan dari imaginasi yang tinggi untuk menyampaikan apapun yang terjadi dan terlihat di ukir dengan rangkaian kata yang dalam, sehingga dapat membawa pembacanya kedalam lubuk hati yang terdalam.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter