Terjemah Mabadi Awaliyah, Nasikh Mansukh - TRIK1804 --> -->

Terjemah Mabadi Awaliyah, Nasikh Mansukh

Post a Comment

المبحث الخامس – في النسخ

Pembahasan Kelima – Menerangkan Tentang Naskh

وهو لغة : الإزالة. يقال نسخت الشمس الظلّ إذا أزالته ورفعته بانبساطها. وقيل معناه النقل من قولهم نسخت ما في هذا الكتاب إذا نقلت ما فيه إلى آخر. وشرعا: رَفْعُ حُكْمٍ شَرْعِيٍّ بِدَلِيْلٍ شَرْعِيٍّ مُتَأَخِّرٍ

NASKH menurut bahasa artinya menghapus/menghilangkan, seperti ungkapanنسخت الشمس الظلّ إذا أزالته ورفعته بانبساطها (Matahari telah menghapus kegelapan ketika ia menghapus dan menghilangkannya dengan membentang luas), dan adapula yang memberi makna menyalinseperti ungkapan ulama:نسخت ما في هذا الكتاب إذا نقلت ما فيه إلى آخر (Saya menyalin apa-apa yang ada didalam kitab ini, ketika saya menyalin apa-apa yang ada di dalam kitab ke tempat yang lain). Sedangkan menurut syara' (istilah) NASKH ialah : Menghilangkan hukum syara’ dengan dasar dalil syara’ yang lebih akhir datangnya.

وينقسم النسخ عند بعضهم إلى أقسام

NASKH menurut sebagian ulama terbagi beberapa macam:

نسخ الرسم وبقاء الحكم، نحو الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنِيَا فَارْجُمُوْهُمَا البَتَّةَ.قال عمر رضي الله عنه فإنّا قد قرأناها. رواه الشافعي وغيره، وَقَدْ رَجَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُحْصَنِيْنَ. متفق عليه. وهما المراد بالشيخ والشيخة

Menasakh tulisan dan menetapkan hukumnya, seperti lafadz: الشيخ والشيخة إذا زَنِيَا فارجموهما البتّة (Orang tua laki-laki dan perempuan ketika berzina maka rajamlah mereka dengan pasti(. Keterangan itu diyakini dulunya ada seperti yang diungkapkan oleh Umar bin Khattab ra. "Saya sesungguhnya pernah membaca ayat itu" (HR. Imam Syafi'i dan lainnya), dan hal itu tetap dipertahankan secara hukum sesuai Hadits Nabi : وَقَدْ رَجَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُحْصَنِيْنَ (Dan sesungguhnya Nabi Saw. telah merajam para pezina muhson.) Dan penjelasan tentang pezina muhson adalah orang tua laki-laki dan perempuan.

ونسخ الحكم وبقاء الرسم. قال تعالى : ((وَالَّذِيْنَ يُتُوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ أَزْوَاجًا وَصِيَّةً لِأَزْوَاجِهِمْ مَتَاعًا إِلَى الْحَوْلِ )) البقرة : 240، نسخ بآية : ((يّتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا)) البقرة : 234

Menasakh hukumnya dan menetapkan tulisannya. Firman Allah Swt. : “Dan orang-orang yang akan meninggal di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, yaitu diberi nafkah hingga setahun lamanya …”. (QS. Al-Baqarah: 240), ditakhsis dengan firman Allah Swt.: “Orang-orang yang meninggal dunia di antara kamu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (beríddah) empat bulan sepuluh hari …” (QS. Al-Baqarah: 234).

ونسخ الأمرين معا، كَحديث المسلم عن عائشة كان فيما أنزل عَشَرُ رضعات معلومات يحرِّمن فنسخن بخَمسٍ معلومات يُحَرِّمْنَ ويجوز نسخ الكتاب بالكتاب كما تقدّم في آيتي العدّة

Menasakh dua perkara sekaligus (tulisan dan hukum), seperti hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari ‘Aisyah ra. tentang berapa kali seseorang anak susuan seorang ibu : “Hukum yang berlaku adalah sepuluh hari menyusu yang diketahui maka menjadikan haram baginya, kemudian dinasakh menjadi lima kali menyusu yang diketahui yang menjadikan haram baginya.” Dan boleh juga menasakh Al-Qurán dengan Al-Qurán seperti dua ayat tentang ‘iddah sebelumnya.

ونسخ السنّة بالكتاب، كاستقبال بيت المقدس الثابت بالسنّة الفعليّة في حديث الصحيحين فإنّه صلّى الله عليه وسلّم استقبله في الصلاة ستّة عشر شهرا، نسخ بقوله تعالى: (( فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ )) البقرة : 144

Menasakh hadits dengan Al-Qurán, seperti dalam hal menghadap Baitul Maqdis sebagai kiblat, yang ditetapkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari Muslim: “Maka sesungguhnya Nabi Saw. menghadap ke Baitul Maqdis dalam sholatnya selama 16 bulan.” Hadits ini dinasakh dengan firman Allah Swt.: “… Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.” (QS. Al-Baqarah : 144).

نسخ السنّة بالسنّة كحديث المسلم : كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقَبْرِ فَزُوْرُهَا. وقال بعضهم : يجوز نسخ الكتاب بالسنّة، كقوله تعالى : ((كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرَ نِالْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِيْنَ )) البقرة : 180، نسخ بقوله صلّى الله عليه وسلّم : لَا وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ. رواه الترمذي وابن ماجه

Menasakh hadits dengan hadits, seperti hadits riwayat Imam Muslim : “dahulu saya melarang kalian untuk berziarah kubur, maka kemudian berziarahlah.” Sebagian ulama berpendapat bahwa boleh menasakh Al-Qurán dengan hadits seperti pada firman Allah Swt.: “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) kematian, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara makruf. (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” Yang dinasakh oleh hadits Nabi Saw. : “Tidak boleh berwasiat kepada ahli waris”. (HR. AT-Turmudzi dan Ibnu Majjah).

Admin
Saya Zeni Nasrul, lahir di Bandung 05 Mei 1986. Puisi adalah bacaan yang menarik bagi saya, karena puisi dapat menghantarkan dari imaginasi yang tinggi untuk menyampaikan apapun yang terjadi dan terlihat di ukir dengan rangkaian kata yang dalam, sehingga dapat membawa pembacanya kedalam lubuk hati yang terdalam.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter