Benarkah
Langit Itu Tak Bertiang?
اللَّهُ
الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى
الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى
يُدَبِّرُ الأمْرَ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
(2)
Allah-lah yang meninggikan langit
tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kalian meyakini
pertemuan (kalian) dengan Tuhan kalian.
Allah Swt. menceritakan tentang
kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kebesaran pengaruh-Nya, bahwa dengan seijin dan
perintah-Nya langit ditinggikan tanpa pilar penyangga. Bahkan dengan seijin dan
perintah-Nya serta penundukan dari-Nya, langit ditinggikan dari bumi dalam
jarak yang tingginya tak terperikan dan tak terjangkau oleh ukuran. Langit
pertama mengelilingi bumi dan sekitarnya —termasuk air dan udara— dari semua
arah dan kawasannya serta berada jauh tinggi dari semuanya dengan ketinggian
yang merata dari semua sisinya. Jarak antara langit pertama dan bumi dari
setiap arah adalah perjalanan lima ratus tahun, sedangkan ketebalan langit
pertama juga sejauh perjalanan lima ratus tahun. Kemudian langit kedua
mengelilingi langit pertama beserta semua isinya, dan jarak antara langit
pertama ke langit kedua adalah lima ratus tahun perjalanan, sedangkan ketebalan
langit kedua adalah perjalanan lima ratus tahun. Demikian pula seterusnya pada
langit yang ketiga, langit keempat, langit kelima, langit keenam, dan langit
ketujuh. Allah Swt. telah berfirman:
اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ
Allah-lah yang menciptakan tujuh
langit dan seperti itu pula bumi. (Ath-Thalaq:
12), hingga akhir ayat.
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
مَا السماواتُ
السَّبْعُ وَمَا فِيهِنَّ وَمَا بَيْنَهُنَّ فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ
مُلْقَاةٍ بِأَرْضِ فَلاة، وَالْكُرْسِيِّ فِي الْعَرْشِ كَتِلْكَ الْحَلْقَةِ فِي
تِلْكَ الْفَلَاةِ
Tiadalah ketujuh langit beserta apa
yang ada di dalamnya dan semua yang ada di antaranya bila dibandingkan dengan
Al-Kursi kecuali seperti sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir.
Dan (tiadalah) Al-Kursi bila
dibandingkan dengan 'Arasy yang agung, melainkan seperti gelang itu yang berada
di padang pasir.
Di dalam riwayat yang lain
disebutkan:
"وَالْعَرْشُ لَا يُقَدِّرُ قَدْرَهُ
إِلَّا اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ
'Arasy tidak dapat diperkirakan
luasnya kecuali hanya oleh Allah Swt.
Disebutkan dari sebagian ulama Salaf
bahwa jarak antara 'Arasy sampai ke bumi memakan waktu lima puluh ribu tahun,
dan jarak di antara kedua sisinya adalah perjalanan lima puluh ribu tahun.
'Arasy berupa yaqut merah.
Firman Allah Swt.:
بِغَيْرِ
عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian lihat. (Ar-Ra'd: 2)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas,
Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa
langit itu mempunyai pilar penyangga, tetapi kalian tidak dapat melihatnya.
Lain pula halnya dengan Iyas ibnu
Mu'awiyah, ia mengatakan bahwa langit di atas bumi seperti kubah, yakni tanpa
tiang penyangga.
Hal yang sama telah dikatakan oleh
Qatadah melalui riwayat yang bersumber darinya; pendapat inilah yang lebih
sesuai dengan konteks ayat dan makna lahiriah dari firman Allah Swt. yang
mengatakan:
وَيُمْسِكُ
السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الأرْضِ إِلا بِإِذْنِهِ
Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan
izin-Nya (Al-Hajj: 65)
Dengan demikian, berarti firman
Allah Swt. yang menyebutkan: (sebagaimana) yang kalian lihat. (Ar-Ra'd:
2) mengukuhkan ketiadaan hal tersebut, yakni langit ditinggikan tanpa memakai
tiang penyangga seperti yang kalian lihat. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah
Swt. Yang Mahasempurna.
Di dalam syair Umayyah ibnu Abus
Silt yang syairnya beriman tetapi kalbunya kafir, seperti yang disebutkan di
dalam hadis, lalu diriwayatkan oleh Zaid ibnu Amr ibnu Nufail r.a., yaitu:
وأنتَ
الَّذِي مِنْ فَضْل مَنٍّ وَرَحْمَة ... بَعَثتَ إلى مُوسَى رَسُولا مُنَاديا ...
فقلت
له: فاذهَبْ وهارونَ فادعُوَا ... إِلَى اللَّهِ فرْعَونَ الَّذِي كانَ طَاغيا ...
وَقُولا
لَهُ: هَلْ أنتَ سَوّيت هَذه ... بِلَا [وتَد حَتَّى اطْمَأَنَّتْ كَمَا هِيَا
وقُولا
له: أأنتَ رَفَّعتَ هَذه ... بلا] عَمَد أرْفِقْ إذَا بَِك بانيَا؟ ...
وَقُولا
لَه: هَل أنتَ سَوَّيت وَسْطَهَا ... مُنيرًا إِذَا مَا جَنَّك الليَّل هاديا
وقُولا
لَهُ: مَنْ يُرْسِلُ الشَّمس غُدوةً ... فيُصبحَ مَا مَسَّتْ مِنَ الأرضِ ضَاحيا? ...
وَقُولا
لَهُ: مَن يُنْبِت الحَبَّ فِي الثَّرَى ... فيُصبحَ مِنْه العُشب يَهَْتُّز
رَابيا? ...
وَيُخِرجُ منْه
حَبَّه فِي رُءُوسِهِ ... فَفِي ذَاكَ آياتٌ لِمنْ كَانَ وَاعيَا
Engkaulah Yang telah melimpahkan
anugerah dan rahmat kepada Musa, Engkau utus dia sebagai rasul menyeru (manusia menyembah-Mu).
Engkau
katakan kepadanya, "Pergilah kamu bersama Harun, serulah Fir’aun untuk menyembah Allah, dia adalah
orang yang melampaui batas.
Katakanlah
olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang telah menghamparkan bumi ini tanpa
pasak sehingga ia dapat terhamparkan seperti sekarang?'
Dan
katakan olehmu berdua kepadanya, 'Apakah kamu yang telah meninggikan langit ini
tanpa tiang, atau apakah kamu yang membangun di atasnya?'
Dan
katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang menyempurnakan
penciptaan tengah-tengah langit yang dapat memberikan petunjuk kepadamu dengan
sinar bintang-bintangnya di saat malam hari menyelimutimu?'
Katakanlah
olehmu berdua kepadanya, 'Siapakah yang mengirimkan matahari di siang hari,
lalu permukaan bumi yang terkena sinarnya menjadi jelas kelihatan?'
Dan
katakan olehmu berdua, 'Siapakah yang menumbuhkan biji-bijian di bumi, lalu
tumbuhlah darinya tumbuh-tumbuhan yang subur dan semarak, dan pada ujung
tumbuh-tumbuhan itu keluar biji-bijian?'
Maka
pada kesemuanya itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang
berpikir.”
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
kemudian Dia bersemayam di atas
'Arasy. (Ar-Ra'd: 2)
Tafsir ayat ini telah disebutkan di
dalam tafsir surat Al-A'raf, bahwa penyebutan sifat ini bagi Allah disertai
dengan pengertian tanpa menggambarkan dan tanpa menyerupakan-Nya dengan sesuatu
pun, Mahasuci Allah dari segala misal dan perumpamaan, lagi Mahatinggi dengan
ketinggian yang setinggi-tingginya.
Firman Allah Swt.:
وَسَخَّرَ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى
dan menundukkan matahari dan bulan.
Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. (Ar-Ra'd: 2)
Menurut suatu pendapat, makna yang
dimaksud ialah matahari dan bulan terus beredar sampai batas waktu
penghentiannya, yaitu dengan terjadinya hari kiamat. Perihalnya sama dengan
pengertian yang terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَالشَّمْسُ
تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا
dan matahari berjalan di tempat
peredarannya. (Yasin: 38)
Menurut pendapat lain, makna yang
dimaksud ialah matahari dan bulan berjalan sampai ke tempat menetapnya, yaitu
di bawah 'Arasy yang bersebelahan dengan perut bumi dari sisi lainnya. Matahari
dan semua bintang-bintang langit apabila telah sampai di tempat itu, maka
letaknya sangat berjauhan dengan 'Arasy. Karena sesungguhnya menurut pendapat
yang benar berdasarkan dalil-dalil yang ada, bentuk 'Arasy seperti kubah yang menutupi
semesta alam, bukan mengelilinginya seperti semua bintang, mengingat 'Arasy
mempunyai kaki-kaki dan ada para malaikat penyangga 'Arasy yang menyangganya.
Dan hal seperti ini tidak tergambarkan pada suatu bentuk yang bundar. Hal ini
jelas bagi orang yang memikirkan ayat-ayat dan hadis-hadis sahih yang
menerangkan tentangnya.
Penyebutan matahari dan bulan
dikarenakan keduanya adalah dua bintang yang paling menonjol di antara tujuh
bintang yang beredar lainnya, sedangkan bintang-bintang yang beredar lebih
utama daripada bintang yang tetap (tidak beredar). Apabila Allah telah
menundukkan keduanya, maka terlebih lagi semua bintang lainnya, lebih utama,
seperti yang diisyaratkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
لَا
تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ
إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Janganlah bersujud kepada matahari
dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi
bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kalian hanya kepada-Nya saja
menyembah. (Fushshilat: 37)
Hal ini telah dijelaskan pula dalam
ayat lainnya, yaitu:
وَالشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ
تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan
bintang-bintang; (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta
alam. (Al-A'raf: 54)
Mengenai firman Allah Swt.:
يُفَصِّلُ
الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kalian meyakini pertemuan (kalian)
dengan Tuhan kalian. (Ar-Ra'd: 2)
Sumber : Tafsir Ibnu Katsier
Post a Comment
Post a Comment