KAJIAN TAFSIR IBNU KATSIR | QS.
Al-Baqarah ayat 189
Rabu, 9 Februari 2022 | Pemateri : Zeni Nasrul
يَسْأَلُونَكَ عَنِ
الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ
تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا
الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (189)
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan
sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji."
Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan
itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang bertanya kepada
Rasulullah Saw. tentang bulan sabit. Maka turunlah ayat berikut, yakni
firman-Nya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah,
"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia."
(Al-Baqarah: 189) Yakni dengan melaluinya mereka mengetahui waktu masuknya
ibadah mereka, bilangan idah istri-istri, dan waktu haji mereka.
Abu Ja'far meriwayatkan dari Ar-Rabi', dari Abul Aliyah, telah sampai sebuah
hadis kepada kami bahwa mereka pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa
Allah menciptakan hilal (bulan sabit)?" Maka Allah menurunkan firman-Nya: Mereka
bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah "Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia." (Al-Baqarah: 189) Maksudnya, Allah
menjadikan bulan sabit sebagai tanda-tanda waktu puasa kaum muslim dan waktu
berbuka mereka, bilangan idah istri-istri, dan tanda waktu agama (ibadah haji)
mereka. Hal yang sama diriwayatkan pula dari Ata, Ad-Dahhak, Qatadah, As-Saddi,
dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي
رَوّاد، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "جَعَلَ اللَّهُ الْأَهِلَّةَ مَوَاقِيتَ
لِلنَّاسِ فَصُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنَّ غُمَّ
عَلَيْكُمْ فَعُدُّوا ثَلَاثِينَ يَوْمًا".
Abdur Razzaq meriwayatkan, dari Abdul Aziz ibnu Abu Rawwad, dari Nafi', dari
Ibnu Umar yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah
menjadikan bulan sabit sebagai tanda-tanda waktu bagi manusia, maka berpuasalah
kalian karena melihatnya dan berbukalah kalian karena melihatnya. Maka apabila
awan menutupi kalian, sempurnakanlah bilangan menjadi tiga puluh hari.
Hadis riwayat Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Ibnu Abu
Rawwad dengan lafaz yang sama.
Imam Hakim mengatakan bahwa Ibnu Abu Rawwad adalah orang yang siqah, ahli
ibadah, seorang mujtahid lagi bernasab terhormat. Maka hadis ini sahih
sanadnya, tetapi Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak mengetengahkannya.
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ جَابِرٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقٍ؛ عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم: "جعل اللَّهُ
الأهلَّة، فَإِذَا رَأَيْتُمُ الْهِلَالَ فصُوموا، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ
فَأَفْطِرُوا، فَإِنْ أغْمي عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ"
Muhammad ibnu Jabir meriwayatkan dari Qais ibnu Talq, dari ayahnya yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah telah menciptakan
bulan sabit. Maka apabila kalian melihat bulan sabit, berpuasalah; dan apabila
kalian melihatnya lagi, berbukalah. Tetapi jika awan menutupi kalian, maka
sempurnakanlah bilangan bulan kalian menjadi tiga puluh hari.
Hal yang sama diriwayatkan melalui hadis Abu Hurairah, juga dari ucapan Ali
ibnu Abu Talib r.a.
Firman Allah Swt:
وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ
تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُوا
الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا
Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, tetapi
kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah
itu dari pintu-pintunya. (Al-Baqarah: 189)
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu
Musa, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra yang menceritakan bahwa pada
mulanya di zaman Jahiliah apabila mereka telah melakukan ihram, mereka memasuki
rumahnya dari arah belakangnya. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan
bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu
ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintu-pintunya. (Al-Baqarah: 189)
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Abu Daud At-Tayalisi, dari Syu'bah,
dari Abi Ishaq, dari Al-Barra yang menceritakan bahwa orang-orang Ansar pada
mulanya bila mereka tiba dari perjalanannya, maka seseorang dari mereka tidak
memasuki rumahnya dari arah pintunya, lalu turunlah ayat ini.
Al-A'masy menceritakan dari Abu Sufyan, dari Jabir, bahwa dahulu orang-orang
Quraisy dikenal dengan nama Humus, mereka selalu masuk dari pintu-pintunya
dalam ihram mereka; sedangkan orang-orang Ansar dan semua orang Arab dalam
ihram mereka tidak memasukinya dari pintu. Ketika Rasulullah Saw. sedang berada
di sebuah kebun, selanjutnya beliau keluar dari pintunya, tetapi keluar pula
bersamanya Qutbah ibnu Amir dari kalangan Ansar. Mereka berkata, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Qutbah ibnu Amir adalah seorang pedagang, sesungguhnya
dia telah keluar bersamamu dari pintu itu." Maka Rasul Saw. bertanya
kepada Qutbah, "Apakah yang mendorongmu melakukan demikian?"
Qutbah menjawab, "Aku melihat engkau melakukannya, maka aku ikut melakukan
seperti apa yang telah engkau lakukan." Rasul Saw. bersabda, "Sesungguhnya
aku adalah seorang Ahmas." Qutbah menjawab, "Sesungguhnya agamaku
juga adalah agamamu." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintu-pintunya. (Al-Baqarah: 189)
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula, juga Al-Aufi, dari Ibnu Abbas dengan
lafaz yang semisal. Hal yang sama diriwayatkan pula dari Mujahid, Az-Zuhri,
Qatadah, Ibrahim An-Nakha'i, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, dahulu beberapa kaum dari kalangan ahli
Jahiliah apabila seseorang dari mereka hendak melakukan suatu perjalanan, lalu
ia keluar dari rumahnya memulai perjalanan yang ditujunya. Kemudian sesudah ia
keluar, timbul keinginan tetap tinggal dan mengurungkan niat bepergiannya; maka
dia tidak memasuki rumahnya dari pintunya, melainkan menaiki tembok bagian
belakang. Lalu Allah Swt. berfirman: Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya. (Al-Baqarah: 189), hingga akhir ayat.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan, "Seorang lelaki apabila hendak melakukan
i'tikaf, ia tidak memasuki rumahnya dari arah pintunya, maka Allah menurunkan
ayat ini."
Ata ibnu Abu Rabah mengatakan bahwa penduduk Yasrib apabila kembali dari
hari raya mereka, mereka memasuki rumahnya masing-masing dari arah belakangnya,
dan mereka berpendapat bahwa hal tersebut lebih mendekati kepada kebajikan.
Maka Allah Swt. berfirman: Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari
belakangnya. (Al-Baqarah: 189) Akhirnya mereka tidak lagi berpendapat bahwa
hal tersebut lebih dekat kepada kebajikan.
Firman Allah Swt.:
وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertakwalah kalian kepada Allah, agar kalian beruntung.
(Al-Baqarah: 189)
Yakni kerjakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepada kalian dan
tinggalkanlah oleh kalian apa yang telah diharamkan Allah bagi kalian. agar
kalian beruntung. (Al-Baqarah: 189) Yaitu kelak di hari kemudian. Bila
kalian dihadirkan di hadapan Allah, maka kelak Dia akan memberi kalian pahala
dan balasannya dengan lengkap dan sempurna.
Wallohu a’lam bishshowaab
Post a Comment
Post a Comment