TRIK1804-Manusia adalah makhluk sosial,
yaitu makhluk yang antara satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. Makhluk sosial
berarti makhluk yang akan sulit untuk hidup sendiri mengingat manusia memiliki
kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi oleh dirinya sendiri. Hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan makan saja, manusia harus melibatkan ribuan orang.
Silaturrahim menjadi solusi terbaik
untuk mencapai tujuan hidup dan memenuhi kebutuhan dalam menjalani hidup di
dunia.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ -: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ
لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ» أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.
Dari Abu Hurairah RadhiyallahuAnhu
berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa
ingin rezekinya dilapangkan dan umurnya dipanjangkan hendaklah ia menjalin
hubungan silaturrahim." (HR. Al-Bukhari)
[shahih, Al-Bukhari (2067) dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu
dan Muslim (2557) dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu.]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa ingin rezekinya
dilapangkan (yakni bagi yang ingin rezekinya dilapangkan oleh Allah Ta'ala)
dan umur nya dipanjangkan (bentuk kata yunsa-a dengan huruf sin
yang tidak ditasydidkan. Bentuk katanya sama seperti kata yubsatha
dengan artinya dipanjangkan) umurnya (atsaarihi dengan huruf tsa'
diikuti dengan huruf ra' artinya umur) hendaklah ia menjalin hubungan
silaturrahim." Hadits riwayat Al-Bukhari.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
أَنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي
الْأَهْلِ مَثْرَاةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَةٌ فِي الْأَجَلِ
"Sesungguhnya menyambung tali
silaturahmi dapat menumbuhkan kecintaan pada keluarga, menambah harta dan dapat
memanjangkan umur.' [Shahih: At Tirmidzi 1979]
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
صِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ
يُعَمِّرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ
"Silaturahmi dan pergaulan yang
baik dengan tetangga dapat memakmurkan. kampung dan menambah umur." [Shahih: Shahih Al Jami' 3767]
Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dari hadits Anas bin Malik, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إنَّ الصَّدَقَةَ وَصِلَةَ الرَّحِمِ
يَزِيدُ اللَّهُ بِهِمَا فِي الْعُمُرِ وَيَدْفَعُ بِهِمَا مِيتَةُ السُّوءِ
"Sesungguhnya dengan sedekah
dan silaturahmi, Allah akan menambahkan umur dan menghindarkan diri dari
kematian yang jelek.” Sanad hadits ini dha'if. [Dhaif:
Dhaif Al Jami' 1489]
Ibnu At-Tiin berkata, "Zhahir hadits (yakni hadits riwayat
Al-Bukhari) bertentangan dengan firman Allah Ta'ala:
فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لا
يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ
"Maka apabila Telah datang
waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat
(pula) memajukannya." (QS. Al-'Araf: 34 dan an Nahl 61)
Dan untuk mengkompromikan kedua dalil tersebut terdapat dua cara:
1. Tambahan umur yang dimaksud merupakan ungkapan penambahan berkah pada umur
dengan ia diberi taufiq untuk melaksanakan 'amal keta'atan dan dapat mengisi
waktu dengan hal-hal yang berguna untuk akhiratnya sehingga dirinya terjaga
dari perkara yang tidak bermanfaat. Pernyataan yang mirip dengan hadits ini
seperti hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyatakan bahwa umur
umat beliau lebih pendek dari umur umat-umat sebelumnya sehingga Allah
memberinya lailatul qadar. Kesimpulannya bahwa silaturahim merupakan sebab
seseorang mendapat taufiq dari Allah yang membuatnya mampu melakukan 'amal
keta'atan dan menjauhkan diri dari maksiat. Walaupun ia meninggal, namun
kebaikannya tetap dikenang orang, seolah-olah ia belum meninggal. Contoh taufiq
yang telah diberikan kepadanya seperti ilmu bermanfaat yang pernah ia berikan
kepada generasi setelahnya, berupa tulisan atau yang lainnya, sedekah jariyah,
atau ia meninggalkan anak-anak yang shalih.
2. Tambahan umur yang hakiki. Hanya saja tambahannya menurut ilmu yang diketahui
oleh malaikat yang diwakilkan untuk menuliskan umur. Adapun yang tercantum
dalam ayat adalah ilmu yang ada pada Allah. Seperti dikatakan kepada malaikat,
"Umur si fulan seratus tahun jika ia menyambung tali silaturrahmi. Jika
ternyata ia memutus tali silaturrahmi, maka umurnya hanya enam puluh tahun.
Akan tetapi, Allah Ta'ala sudah mengetahui apakah si fulan tersebut semasa
hidupnya akan menyambung tali silaturrahmi atau tidak. Demikianlah yang
diisyaratkan pada firman Allah Ta'ala: “Allah menghapuskan apa yang Dia
kehendaki dan menetapkan (apa yang dia kehendaki)..." (QS. Ar-Ra'd:
39)
Menghapus dan menetapkan takdir sesuai dengan pengetahuan yang ada pada
malaikat dan apa yang tertulis di dalam ummul kitab. Adapun yang ada pada ilmu
Allah Ta'ala sama sekali tidak ada yang dihapus.
Ketetapan yang ada pada ilmu Allah disebut dengan qadhaa’ al-mubram
sedangkan yang ada pada selain Allah disebut qadhaa'u al-mu'allaaq. Cara
pengkompromian yang pertama lebih sesuai, karena kenangan akan senantiasa
menyertai orangnya. Jadi, yang dimaksud dengan tambahan umur adalah orang-orang
mengenang kebaikannya setelah ia meninggal. Pendapat ini dirajihkan oleh
Ath-Thibbi di dalam kitab Al- Faa'iq. Pendapat ini juga dikuatkan lagi dengan
hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam kitab Ash-Shaghir dengan sanad
yang dha'if dari Abu Darda' Radhiyallahu Anhu, ia berkata, "Pernah
ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang menyambung
tali silaturrahmi yang dapat memperpanjang umur. Beliau Shallallahu Alaihi wa
Sallam menjawab, "Sesungguhnya tidak ada tambahan dalam perkara umur.
Sebab Allah Ta'ala berfirman, "Maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya." (QS. Al-'Araf: 34) Tetapi maksudnya adalah ia
memiliki keturunan shalih yang mendoakannya setelah ia meninggal."
Ath-Thabrani juga meriwayatkan hadits ini dalam kitab Al-Kabiir dari jalur yang
berbeda. Bahkan Ibnu Faurak berani memastikan bahwa yang dimaksud dengan
memperpanjang umur adalah seorang yang berbuat baik, pemahamannya dan akal
pikirannya tidak berkurang. Selain beliau, ulama lain ada yang berpendapat
lebih umum dari pernyataan Ibnu Faurak yakni adanya pertambahan berkah pada
amalan dan rezeki.
Ibnu Qayyim berkomentar dalam kitabnya yang berjudul Ad-Daa' wad Dawaa'
bahwa masa hidup seorang hamba sepanjang umurnya hanya ketika hatinya menghadap
Allah, senantiasa mengingat dan menaati-Nya serta menjauhkan dirinya dari
perbuatan maksiat. Inilah umur dan kehidupan yang sebenarnya. Adapun hati yang
berpaling dari Allah, senantiasa berbuat maksiat, berarti orang ini telah
menyia-nyiakan umurnya. Berdasarkan hal ini, bagi orang yang menyambung tali
silaturahmi, Allah akan berikan kepadanya kehidupan umur yang lebih panjang
dengan selalu mengingat-Nya dan mengisi waktunya dengan amal keta'atan.
Post a Comment
Post a Comment