TRIK1804-Setiap
perbuatan yang dilakukan oleh manusia pada akhirnya akan berujung pada
pertanggung jawaban yang tak mungkin dapat dihindari, balasan dari
masing-masing perbuatan itu sudah hal yang pasti akan diterima. Orang yang
berbuat kebaikan Allah telah janjikan surga yang begitu penuh dengan kenikmatan
tak terhingga, begitupun sebaliknya baik orang pendosa Allah telah menyiapkan
tempat yang begitu teramat sangat menyakitkan, bahkan Allah sampai menghinakan
dengan Quran Surat Al-Baqarah ayat 210;
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا أَنْ يَأْتِيَهُمُ
اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلائِكَةُ وَقُضِيَ الأمْرُ وَإِلَى
اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ
Tiada yang mereka nanti-nantikan
(pada hari kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan dan
malaikat, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan
segala urusan.
Allah Swt. mengancam orang-orang
kafir melalui Nabi Muhammad Saw. Untuk itu Dia berfirman: Tiada yang mereka
nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah dalam
naungan awan dan malaikat. (Al-Baqarah: 210) Yakni pada hari kiamat nanti
di saat diputuskan semua perkara seluruh umat manusia dari awal sampai
akhirnya, lalu setiap orang yang beramal mendapat balasan yang setimpal dari
amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik pula; jika amalnya
buruk, maka balasannya buruk pula. Karena itulah dalam ayat berikutnya Allah
Swt. berfirman: dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah
dikembalikan segala urusan. (Al-Baqarah: 210)
Perihalnya sama dengan makna yang
terkandung di dalam firman-Nya:
كَلَّا
إِذا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا. وَجاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا.
وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسانُ وَأَنَّى لَهُ
الذِّكْرى
Jangan (berbuat demikian). Apabila
bumi diguncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu, sedangkan malaikat
berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari
itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 21-23)
Dan firman Allah Swt.:
هَلْ
يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ
يَأْتِيَ بَعْضُ آياتِ رَبِّكَ
Yang mereka nanti-nanti tidak lain
hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau
kedatangan (siksa) Tuhanmu, atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. (Al-An'am: 158), hingga akhir ayat.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir dalam bab
ini menuturkan sebuah hadis mengenai As-sur (sangkakala) yang cukup panjang
mulai dari permulaannya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. Hadis ini
cukup terkenal dan diketengahkan oleh banyak pemilik kitab musnad dan
lain-lainnya. Antara lain di dalamnya disebutkan seperti berikut:
Bahwa umat manusia di saat mengalami
kesusahan di padang mahsyar, mereka meminta syafaat kepada Tuhannya melalui
para nabi seorang demi seorang, mulai dari Nabi Adam sampai nabi-nabi yang
sesudahnya. Tetapi nabi-nabi itu mengelakkan dirinya dari memohon syafaat
tersebut, hingga sampailah mereka kepada Nabi Muhammad Saw. Ketika mereka
datang kepadanya, maka beliau Saw. bersabda: Akulah orangnya, akulah
orangnya yang dapat memohonkan syafaat. Lalu Nabi Saw. berangkat dan
bersujud kepada Allah di bawah Arasy, dan beliau meminta syafaat dari sisi
Allah agar Dia berkenan datang untuk memutuskan peradilan di antara semua
hamba-Nya. Maka Allah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat. Lalu Allah
datang dalam naungan awan sesudah langit dunia terbelah dan semua malaikat yang
ada padanya turun; kemudian langit kedua, dan langit ketiga hingga langit
ketujuh terbelah pula. Para malaikat penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun
turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa turun dalam naungan awan dan para
malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih mereka seraya mengucapkan,
"Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia dan kerajaan langit.
Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan. Mahasuci Allah
Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang mematikan semua makhluk,
sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan para malaikat dan roh.
Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan kami Yang Mahatinggi. Mahasuci Tuhan yang
memiliki kekuasaan dan keagungan. Mahasuci Allah selama-lamanya."
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih
dalam bab ini mengetengahkan banyak hadis yang di dalamnya terkandung hal-hal
yang aneh. Antara lain ialah apa yang diriwayatkannya melalui hadis Al-Minhal
ibnu Amr, dari Abu Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Maisarah, dari Masruq, dari Ibnu
Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ
وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ
إِلَى السَّمَاءِ، يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ، وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل
مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ"
Allah menghimpunkan orang-orang yang
pertama dan orang-orang yang terakhir di suatu tempat pada hari yang telah
dimaklumi, semua orang mengarahkan pandangannya ke langit menunggu-nunggu
keputusan peradilan. Lalu Allah turun dalam naungan awan dari Arasy sampai ke
Al-Kursi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
ibnu Ata ibnu Miqdam, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman,
bahwa ia pernah mendengar Abdul Jalil Al-Qaisi menceritakan asar berikut dari
Abdullah ibnu Amr sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiada yang mereka
nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah dalam
naungan awan. (Al-Baqarah: 210) Di saat awan itu turun, sedangkan jarak
antara awan dan penciptanya itu tujuh puluh ribu hijab (tirai). Di antara tirai
itu ada cahaya kegelapan dan air, kemudian di dalam kegelapan itu air
mengeluarkan suara gelegar yang dapat mengejutkan hati.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, ayahku
telah menceritakan kepada kami, Muhammad ibnul Wazir Ad-Dimasyqi telah
menceritakan kepada kami, Al-Walid telah menceritakan kepada kami, bahwa aku
bertanya kepada Zahir ibnu Muhammad mengenai firman Allah Swt. berikut: Tiada
yang mereka nanti-nantikan (pada had kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah
dalam naungan awan. (Al-Baqarah: 210) Naungan awan ini tersusun dari
batu-batu yaqut dan bertahtakan berbagai mutiara dan zabarjad.
Ibnu Abu Nujaih mengatakan dari
Mujahid sehubungan dengan makna zulalin minal gamam. Yang
dimaksud dengan awan dalam ayat ini bukan sembarang awan. Awan ini belum pernah
terlihat oleh seorang pun kecuali oleh Bani Israil ketika mereka tersesat di
padang pasir.
Abu Ja'far Ar-Razi meriwayatkan dari
Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiada
yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan kedatangan Allah dalam
naungan awan dan malaikat. (Al-Baqarah: 210)
Yakni para malaikat datang dengan
bernaungkan awan, sedangkan Allah Swt. datang dengan cara yang Dia kehendaki.
Pengertian ini menurut salah satu qiraah lainnya disebutkan seperti berikut:
"هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ
يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ وَالْمَلَائِكَةُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ"
Tiada yang mereka nanti-nantikan
(pada hari kiamat) melainkan datangnya Allah dan para malaikat dalam naungan
awan.
Perihalnya sama dengan makna yang
terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
وَيَوْمَ
تَشَقَّقُ السَّماءُ بِالْغَمامِ وَنُزِّلَ الْمَلائِكَةُ تَنْزِيلًا
Dan (ingatlah) hari (ketika) langit
pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat
bergelombang-gelombang.
(Al-Furqan: 25)
Akhirnya kita dapat berdo’a dan berusaha agar dijauhkan dari api neraka yang begitu sangat menakutkan, semoga Allah senantiasa memberikan keistiqamahan untuk senantiasa berusaha menggapai Rahmat-Nya.
Allahu Akbar
ReplyDelete