Kajian Tafsir Quran
Surat Al-Baqarah, ayat 168-169
Pemateri : Zeni Nasrul
Rabu, 7 April 2021 | Bale Pa Oom
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ. إِنَّمَا
يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا
تَعْلَمُونَ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal
lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagi kalian. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan
keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui. (QS. Al-Baqarah : 168-169)
لَمَّا بَيَّنَ تَعَالَى أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، وَأَنَّهُ الْمُسْتَقِلُّ
بِالْخَلْقِ، شَرَعَ يُبَيِّنُ أَنَّهُ الرَّزَّاقُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ، فَذَكَرَ
[ذَلِكَ] (1) فِي مَقَامِ الِامْتِنَانِ أَنَّهُ أَبَاحَ لَهُمْ أَنْ يَأْكُلُوا مِمَّا
فِي الْأَرْضِ فِي حَالِ كَوْنِهِ حَلَالًا مِنَ اللَّهِ طَيِّبًا، أَيْ: مُسْتَطَابًا
فِي نَفْسِهِ غَيْرَ ضَارٍّ لِلْأَبْدَانِ وَلَا لِلْعُقُولِ، وَنَهَاهُمْ عَنِ اتِّبَاعِ
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ، وَهِيَ: طَرَائِقُهُ وَمَسَالِكُهُ فِيمَا أَضَلَّ أَتْبَاعَهُ
فِيهِ مِنْ تَحْرِيمِ البَحَائر وَالسَّوَائِبِ وَالْوَصَائِلِ وَنَحْوِهَا مِمَّا
زَينه لَهُمْ فِي جَاهِلِيَّتِهِمْ، كَمَا فِي حَدِيثِ عِيَاضِ بْنِ حمَار الذِي فِي
صَحِيحِ مُسْلِمٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ
قَالَ:
Setelah Allah Swt. menjelaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia dan bahwa
hanya Dialah yang menciptakan segalanya, maka Allah Swt. menjelaskan bahwa
Dialah yang memberi rezeki semua makhluk-Nya. Untuk itu Allah Swt. menyebutkan
sebagai pemberi karunia kepada mereka, bahwa Dia memperbolehkan mereka makan
dari semua apa yang ada di bumi, yaitu yang dihalalkan bagi mereka lagi baik
dan tidak membahayakan tubuh serta akal mereka, sebagai karunia dari Allah Swt.
Allah melarang mereka mengikuti langkah-langkah setan, yakni jalan-jalan dan
sepak terjang yang digunakan untuk menyesatkan para pengikutnya, seperti
mengharamkan bahirah (hewan unta bahirah), saibah (hewan unta
saibah), wasilah (hewan unta wasilah), dan lain sebagainya yang
dihiaskan oleh setan terhadap mereka dalam masa Jahiliah. Sebagaimana yang
disebutkan di dalam hadis Iyad ibnu Hammad yang terdapat di dalam kitab Sahih
Muslim, dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ
تَعَالَى: إِنَّ كُلَّ مَا أمنحُه عِبَادِي فَهُوَ لَهُمْ حَلَالٌ" وَفِيهِ:
"وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفاء فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ
فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وحَرَّمتْ عَلَيْهِمْ مَا أحللتُ لَهُمْ"
Allah berfirman, "Sesungguhnya semua harta yang telah Kuberikan
kepada hamba-hamba-Ku adalah halal bagi mereka." Selanjutnya disebutkan,
"Dan sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan cenderung
kepada agama yang hak, maka datanglah setan kepada mereka, lalu setan menyesatkan
mereka dari agamanya dan mengharamkan atas mereka apa-apa yang telah Kuhalalkan
bagi mereka."
وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ
بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ شَيْبَةَ (4) الْمِصْرِيُّ،
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الِاحْتِيَاطِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو
عَبْدِ اللَّهِ الْجُوزَجَانِيُّ (5) -رَفِيقُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ أَدْهَمَ -حَدَّثَنَا
ابْنُ جُرَيج، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: تُليت هَذِهِ الْآيَةُ عِنْدَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا
فِي الأَرْضِ حَلالا طَيِّبًا} فَقَامَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، فَقَالَ.
"يَا سَعْدُ، أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، وَالذِي نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الرَّجُلَ ليَقْذفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفه مَا
يُتَقبَّل مِنْهُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، وَأَيُّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْت
وَالرِّبَا فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ" (6) .
Al-Hafiz
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman
ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa ibnu Syaibah
Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Abdur Rahman
Al-Ihtiyati, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Jauzajani (teman
karib Ibrahim ibnu Adam), telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ata,
dari Ibnu Abbas yang menceritakan hadis berikut: Aku membacakan ayat ini di
hadapan Nabi Saw., "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi" (Al-Baqarah: 168). Maka berdirilah
Sa'd ibnu Abu Waqqas, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sudilah kiranya
engkau doakan kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku orang yang
diperkenankan doanya." Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Hai
Sa'd, makanlah yang halal, niscaya doamu diperkenankan. Demi Tuhan yang jiwa
Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seorang
lelaki yang memasukkan sesuap makanan haram ke dalam perutnya benar-benar tidak
diperkenankan doa darinya selama empat puluh hari. Dan barang siapa di antara
hamba Allah dagingnya tumbuh dari makanan yang haram dan hasil riba, maka
neraka adalah lebih layak baginya."
Firman Allah Swt.:
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُبِينٌ
Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian.
(Al-Baqarah: 168)
Di dalam ayat ini terkandung makna yang menanamkan antipati terhadap setan
dan sikap waspada terhadapnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lain,
yaitu firman-Nya:
إِنَّ الشَّيْطانَ لَكُمْ
عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّما يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحابِ
السَّعِيرِ
Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian. Maka anggaplah ia musuh
(kalian), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Fathir: 6)
أَفَتَتَّخِذُونَهُ
وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِياءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ
لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin
selain dari-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian? Amat buruklah iblis itu
sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Al-Kahfi: 50)
Qatadah dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya: dan
janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. (Al-Baqarah: 168) Setiap
perbuatan durhaka kepada Allah, maka perbuatan itu langkah (jalan) setan.
Ikrimah mengatakan, yang dimaksud dengan langkah-langkah setan ialah
bisikan-bisikannya.
Mujahid mengatakan bahwa langkah-langkah setan ialah dosa-dosanya atau
kesalahan-kesalahannya.
Menurut Abu Mijlaz, yang dimaksud dengan langkah-langkah setan ialah
bernazar dalam maksiat. Asy-Sya'bi mengatakan, "Ada seorang lelaki
bernazar akan menyembelih anak laki-lakinya, lalu Masruq memberikan fatwa
kepadanya agar dia menyembelih seekor domba sebagai penggantinya dan ia
mengatakan bahwa hal seperti itu termasuk langkah-langkah setan."
Abud Duha meriwayatkan sebuah asar dari Masruq, bahwa disuguhkan kepada
Abdullah ibnu Mas'ud bubur susu dan garam, lalu ia makan, tetapi ternyata ada
seorang lelaki dari kaum yang hadir menjauhkan dirinya. Maka Ibnu Mas'ud
berkata, "Berikanlah bagian kepada teman kalian itu." Lelaki itu
menjawab, "Aku tidak menginginkannya." Ibnu Mas'ud bertanya,
"Apakah kamu sedang puasa?" Lelaki itu menjawab, "Tidak."
Ibnu Mas'ud bertanya, "Lalu mengapa kamu tidak mau makan bersama?"
Lelaki itu menjawab, "Aku telah mengharamkan diriku makan bubur susu untuk
selama-lamanya." Maka Ibnu Mas'ud berkata, "Ini adalah termasuk
langkah-langkah setan, makanlah dan bayarlah kifarat untuk sumpahmu itu!"
Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Dan Ibnu Abu Hatim mengatakan
pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami
Hassan ibnu Abdullah Al-Masri, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Rafi' yang
menceritakan, "Pada suatu hari ibuku marah-marah kepada istriku, lalu
ibuku berkata bahwa istriku adalah wanita Yahudi, dan di lain kali ia
mengatakan bahwa istriku adalah wanita Nasrani. Dia mengatakan pula bahwa semua
budak miliknya akan dimerdekakan jika aku tidak menceraikan istriku. Maka aku
datang kepada Abdullah ibnu Umar meminta fatwa kepadanya, dan ia mengatakan,
'Ini merupakan salah satu dari langkah-langkah setan'."
Hal yang sama dikatakan pula oleh Zainab binti Ummu Salamah yang saat itu
merupakan wanita paling alim dalam masalah fiqih di kota Madinah. Aku datang
kepada Asim dan Ibnu Umar, keduanya mengatakan hal yang semisal.
Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, dari
Syarik, dari Abdul Karim, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
sumpah atau nazar apa pun yang di-lakukan dalam keadaan emosi merupakan salah
satu dari langkah-langkah setan, dan kifaratnya sama dengan kifarat sumpah.
Firman Allah Swt.:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ
بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui. (Al-Baqarah: 169)
Yakni sesungguhnya setan musuh kalian hanya memerintahkan kalian kepada perbuatan-perbuatan yang jahat dan perbuatan-perbuatan yang berdosa besar, seperti zina dan lain-lainnya; dan yang paling parah di antaranya ialah mengatakan terhadap Allah hal-hal yang tanpa didasari pengetahuan, dan termasuk ke dalam golongan terakhir ini setiap orang kafir, juga setiap pembuat bid'ah.
Post a Comment
Post a Comment